Selasa, 01 November 2016

Tak Ada Perang, Industri Senjata Limbung

  Image result for perang suriah

Perang. Topik utama berita dunia yang setiap hari tayang di media. Tidak ada bosan-bosannya di suatu negara terjadi perang hingga bertahun-tahun. Jutaan rakyat, hewan ternak, fasilitas, infrastruktur, dan uang melayang sia-sia. Semua dikorbankan demi perang untuk mencapai tujuannya.

Namun pertanyaannya, siapakah yang paling diuntungkan dengan adanya perang? Jawabannya industri senjata! Ya, industri inilah yang berperan besar jika terjadi peperangan. Mereka berlomba-lomba menggenjot produksinya hingga berkali-kali lipat agar bisa memenuhi permintaan jumlah senjata yang dibutuhkan dalam perangnya. Tak peduli berapa banyak korban tewas dan adanya pelanggaran HAM akibat perang dan konflik, mereka merengguk untung dari hasil penjualan senjata industri mereka. Apalagi ditambah persaingan blok barat dan blok timur yang masih terjadi pasca Perang Dingin.

Pada mulanya industri senjata dibuat agar memenuhi kebutuhan alutsista di negeri sendiri. Apalagi peranan industri senjata juga tak dapat dipisahkan dari kebutuhan strategis nasional. Selain itu juga memacu pertumbuhan ekonomi negara melalui sektor industri. Industri senjata merupakan sandaran utama kegiatan industri dalam situasi darurat/perang. Nah, bagian terakhir inilah yang dimanfaatkan betul oleh pelaku industri tersebut.

Tapi hal itu tak akan terjadi kalau tidak ada provokasi dan kebijakan politik. Ya, tanpa dua hal itu, perang tidak akan terjadi. Seperti pepatah, "tak ada asap tak ada api". Jika perang tak terjadi (dunia adem ayem saja), maka persenjataan dan alutsista sebagai produk industri senjata tidak akan laku. Kalaupun laku itu hanyalah dipakai untuk kegiatan latihan atau ekspor senjata ke negara lain. Akibatnya industri senjata mendapat sedikit penerimaan hingga akhirnya merugi/limbung. Mereka hanya mau untung jika ada konflik/perang. Karena itulah peran provokator sangat penting dalam memicu konflik. Sehingga bagi mereka, tinggal tunggu waktu berapa permintaan senjata mereka yang akan dijual ke pihak yang berkonflik.

Sepertinya, tahun ini di abad 21, yang bagi sebagian orang sudah yakin bahwa kiamat sudah dekat, salah satu tandanya adalah sering terjadi perang dan konflik di seluruh dunia. Kata "si vis pacem para bellum" inilah yang menjadi pegangan bagi pihak yang berkonflik. Juga bagi industri senjata.

Begitulah adanya.....

Tidak ada komentar: